Perangkat akses terhadap media online sudah bisa didapatkan di pesantren. Hampir semua pesantren sudah memiliki akses internet. Karena semua merasa butuh. Apalagi di musim pandemik saat ini. Mulai bermunculan kiai/nyai yang mulai melirik media sosial sebagai alat dakwahnya.
Kendala yang selama ini dihadapi oleh Kiai/Nyai dalam menjalankan dakwah di media sosial karena mereka tawadhuk dan ikhlas. Perasaan saya ketika ngaji online ada perasaan takut kalau dianggap pamer dan sebagainya. Banyak kiai/nyai yang tidak mau dianggap “ngartis” sehingga mereka tidak menjadikan media sosial sebagai alat dakwah.
Pandemic saat ini memaksa pesantren untuk mengambil ruang dakwah di media sosial karena para santri dipulangkan dan mau tidak mau harus melakukan pengajian online untuk tetap terhubung dengan para santri. Dan ini berkah bagi kita semua, jika selama ini kita tidak bisa ngaji di pesantren tertentu, dengan adanya pengajian online kita akhirnya juga bisa mengikuti pengajian dengan kiai/nyai di pesantren tersebut.
Saat ini saya memilih untuk ngaji secara online karena para santri sedang di rumah masing-masing. Kami memiliki beberapa model, seperti mengaji secara tektual yang kita maknai dan pengajian tematik. Ada pengalaman menarik dari dua model tersebut: kalau pengajian tektual/harfiah, tidak banyak peminatnya sedangkan pengajian tematik, banyak sekali peminatnya. Terutama tema-tema yang berhubungan dengan keseharian. Dan ini menjadi catatan bagi kami, bahwa ternyata tema-tema sederhana seperti haid dan sejenisnya masih banyak dicari oleh masyarakat urban yang masih haus untuk belajar.
(Ning Umdah El Baroroh)