Pesan damai santri bisa disampaikan melalui tekhnologi yang saat ini berkembang semakin maju. Santri mempunyai semangat membara dan militan untuk bergerak di dunia maya. Santri militan terus bergerak, tanpa perlu menunggu perintah, loyal sebagai santri yang mengabarkan kebaikan dari pesantrennya. Teknologi internet dan media saat ini dapat membantu untuk menyampaikan pesan damai tersebut. Demikian disampaikan Abdulloh Hamid, M.Pd., pada salah satu kegiatan Pusat Studi Pesantren (PSP) di Surabaya, 10 April 2017.
Abdulloh Hamid, penulis Buku Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren, menjelaskan bagaimana media seperti youtube.com dapat menyimpan sebuah ceramah kiai yang khas di kalangan Nahdlatul Ulama dengan kekhasan bertutur yang santun dan juga menarik dengan lelucon dan cerita yang renyah untuk didengarkan oleh masyarakat.
“Santri harus membantu mempromosikan pesantren dan kiai-kiai dari tempatnya mondok, agar dapat diketahui oleh publik lebih luas,” jelasnya.
Para alumni pesantren atau santri yang masih mesantren dapat melakukan promosi narasi yang positif. Santri bisa berperan dalam ikut serta memberi pencerahan kepada masyarakat arti kerahmatan Islam, semangat islam yang memberi kedamaian buat seluruh umat manusia. Sebagai santri ahlussunnah wal jamaah.
Paradigma masyarakat terdahulu tentang pesantren memang berbeda-beda. Terkadang ada opini yang mengatakan bahwa santri dan pesantren kurang keren. Pikiran orang pun melihat anak pondok salaf itu merasa kurang secara ekonomi. Kegiatan Nu seperti tahlilan dan istighosah LDNU itu acaranya tidak terorganisir dengan baik, tampilannya kurang diminati oleh anak muda. Itu semua tidak semuanya benar, justru santri bisa mempromosikan dan berusaha untuk meningkatkan promosi Pesantren sebagai lembaga dan institusi yang ikut serta membangun masyarakat yang mandiri secara ekonomi, juga membangun masyarakat yang berakhlakul karimah.
“Santri dan pesantren terkadang banyak yang tawadhu’ atau kurang percaya diri. Di sini, santri perlu upaya branding dan pencitraan bagi pesantren. Agar pesantren tidak dikonotasikan sebagai tempat pendidikan yang kurang bergengsi. Namun saat ini, kita lihat alumni pesantren tidak kalah bahkan menghasilkan alumni yang berhasil dan sukses di segala bidang,” jelasnya.
Gus Hamid mencontohkan upaya yang dilakukan di Rabitah Ma’had Islami (RMI) PBNU membuat gerakan “Ayomondok”, dapat disebut sukses meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pesantren, sehingga meningkatkan jumlah penerimaan santri di pesantren.
“Saat ini banyak anak pondok dan santri jadi Menteri, jadi pengusaha, jadi teknokrat, bahkan pernah ada yang jadi Presiden,” jelasnya.